Jumat, 27 November 2015

Pungky Pramesti.






Nama yang cukup Jawa. Tapi setelah mengalami proses assimilasi, Florentina sekarang menghiasi awal nama tersebut. Dan bila melongok ke belakang dari proses pencarian yang cukup panjang, ternyata hanya sekedar ingin dianggap sebagai.......Cina!!! Nyambung? Jelas tidak!!!!!

Dia dilahirkan sebagai bagian dari keluarga besar Madiun. Syahdan, orang Madiun dikenal mempunyai semangat Ultra Nasionalis yang cukup pakem. Sebab disemua lini kehidupan dan teritorial,  orang Madiun ditemui di mana-mana. Dari mbok-mbok bakul pecel Madiun, sampai kalangan akademisi (inginnya disebut begitu..) yang sedang menempuh pendidikan S2 di ITB pun ada. Tapi sekedar catatan kecil, Pungky hanya lahir di satu kota kecil sekitar Madiun, tepatnya di Caruban pada tanggal 29 April 1973. Hanya karena ingin dianggap sebagai Ultra nasionalist tulenlah, dia selalu memperkenalkan diri dari Madiun.

   
  Menurut teman-teman kuliahnya dulu, awal-awal semester dia mencoba untuk menjaga citra ke-Jawa-annya dengan selalu tampil anggun. Semua itu dilakukan dengan ‘ngadi sarira’ dan ‘ngadi busana’ : selalu memakai rok dan mengurai rambutnya. Bahkan untuk acara-acara resmi, dia memakai kebaya...(pernah lihat ‘gak??? Kebangeten kalo pernah!!!). Untuk perawatan sehari-hari, dia luluran dengan ramuan khusus dari pusaka keluarga. Untuk yang ini pernah tercetus dari bibirnya sendiri untuk suatu saat mengambil short course di Pond’s Institute jurusan Whitening. Kita doakan dia akan mewujudkan cita-citanya........................
 
Tapi apa daya......Dunia Teknik Sipil tidak seperti yang diimpikan Pungky kecil dulu. Ditambah dengan teman-temannya yang sedikit banyak mempengaruhi kepribadiannya. Pungky sedikit mengalami gegar budaya!!! Kuliahpun dia mulai memakai celana panjang.!! Bayangkan!!! Citra Jawanya mulai meredup. Rambut tidak sepanjang dulu. Apalagi dunia yang agak berbau entertainment juga dirambahnya. Dia tergabung dalam Paduan Suara Universitas. Dan karirnya tidak sampai disitu saja. Dia memberanikan diri untuk melatih ibu-ibu Dharma Wanita Fakultas Teknik. Dalam hal ini beberapa dosen yang wanita pun akhirnya tunduk pada instruksi-instruksinya. Hasilnya...dia ngetop dikalangan kaum feminis, kecuali satu....dia tetap dibentak-bentak mbak Sri!!! (Dalam hal ini tidak ada seorangpun yang sanggup menaklukkannya kecuali salah seorang teman Pungky sendiri yaitu Ibnu yang penjual nasi goreng itu....Maklum dia sering ngirim dagangannya ke rumah).

Tapi kesuksesan itu harus dibayar mahal...Tugas betonnya diselesaikan dalam 4 semester. Meski dia well known dikalangan feminis, tapi dia harus bertekuk lutut dihadapan pak Sugeng. Merasa masygul, dia pindah dosen ke bu Dewi (kurang jelas, bu Dewi ini salah satu asuhan paduan suaranya atau bukan). Tapi buktinya strateginya berhasil dengan meraih nilai A. Lebih jauh lagi, dia merupakan wanita terakhir yang lulus dari Sipil ’91. Untuk itu dia menerima penobatan sebagai PUTRI (Mbladuzs??), Mungkin saat ini dia telah menjadi Neng Geulis untuk Jurusan Transportasi ITB.


Dan...., penyesalan selalu datang diakhir...Dia akhirnya sadar atas dosa-dosa masa lalunya. Maka bertobatlah dia!!! Dia menatap masa depan dengan keyakinan bahwa masa depan harus lebih baik dari kemarin. Dia nekad untuk menjadi dosen. Meskipun bukan hasil pertimbangan yang masak, dia mendekati Pak Suroso dan Pak As’ad untuk memperoleh referensi guna ngelanjutin ke ITB. Dan tampaknya tidak sia-sia. Dia tercatat sebagai salah seorang mahasiswa S2 transportasi. 
 
Tapi dasar manusia......godaan untuk kembali ke masa-masa manisnya dulu selalu datang. Dorongan untuk kembali ke dunia entertainment selalu muncul. Terlebih lagi setelah ditelusuri ternyata dia masih bersaudara jauh dengan Ratna Listy, seorang model swimsuitnya majalah POPULAR dan bila kelompok LINGUA tampil di Teve. Tapi teman-temannya percaya, Pungky masih akan sering ke gereja (meskipun jaman kuliah dulu, ke gerejanya tiap hari pas mau kompre saja....).

Itulah Pungky, teman Bimbi-nya Titik Puspa. From Caruban with great expectation.